Sunday, September 16, 2012

The Tokyo Zodiac Murders


Title: The Tokyo Zodiac Murders (Detective Mitarai's Casebook)
Original Title: Senseijutsu Satsujinjiken
Author: Sōji Shimada
Publisher: PT Gramedia Pustaka Utama (2012)
ISBN: 9789792285918
Pages: 360 pages
Original Published Date: 2005



Kisah dibuka dengan pengantar dari Ishioka Kazumi, seorang detektif amatir dan ilustrator media. Ia dan teman baiknya, Mitarai Kiyoshi, juga seorang detektif dan astrolog, sedang membuka kembali kasus pembunuhan masal tak terpecahkan yang terjadi di Tokyo tahun 1936, terhitung 43 tahun yang lewat dari seting novel ini. Dari sini, pembaca akan dibawa dalam kegilaan pikiran Umezawa Heikichi, seorang seniman yang ingin menciptakan Azoth, seorang wanita sempurna, dari potongan-potongan keenam anak gadisnya. Ambisi aneh ini terungkap dalam sebuah surat yang ditemukan setelah sang Seniman mati terbunuh dalam ruang studionya. Anehnya, meski dia telah tewas, selang beberapa waktu, putri tertuanya juga ditemukan tewas di rumahnya sendiri. Belum cukup kejanggalan ini, beberapa hari kemudian keenam putrinya yang lain menghilang dari sebuah onzen (tempat pemandian air panas). Jenazah keenam putrinya ini kemudian ditemukan satu-persatu di berbagai tempat yang telah dijelaskan dalam surat Heikichi. Semua jenazah masing-masing kehilangan sebagian anggota tubuhnya, sesuai surat tersebut. Tidak ada penjelasan logis atas semua yang terjadi, atau yang tidak terjadi. Apakah seseorang -selain Heikichi- telah berbagi kegilaan itu dan benar-benar menciptakan Azoth? Atau ini hanya murni pembunuhan bermotif dendam terhadap rumah tangga Umezawa? Tidak ada yang benar-benar tahu. Istri kedua Heikichi, Masako, memang telah didakwa melakukan pembunuhan tersebut dengan bukti-bukti cukup, namun masih banyak hal ganjil yang tidak dapat dijelaskan. Peristiwa ini menggegerkan Jepang selama beberapa waktu, namun kemudian mereda tanpa adanya perkembangan berarti. Hingga sebuah surat yang dituliskan seorang pensiunan polisi yang baru meninggal (saat peristiwa pembunuhan terjadi, polisi tersebut baru saja bertugas sebagai detektif muda) disampaikan kepada Mitarai. Sebuah surat yang sedikit menyibak tabir misteri pembunuhan keenam gadis Umezawa. Namun siapakah Azoth yang sebenarnya?

***



Novel ini dituliskan dengan gaya Holmes dan Watson. Mitarai sebagai Sherlock dan Kazumi sebagai Dr. Watson-nya. Kazumi yang menulis catatan kasus ini (seperti Dr. Watson), bersama-sama pembaca menelaah setiap bukti yang ada, sedangkan Mitarai mendengarkan dan merenung (dan kadang-kadang ngambek persis seperti Sherlock). Di beberapa waktu, tiba-tiba Mitarai juga menjelaskan beberapa fakta aneh yang berkaitan dengan kasus, namun sering juga dimentahkan oleh Kazumi dengan fakta yang telah terungkap dalam penyelidikan sebelumnya (yang seperti ini belum pernah terjadi oleh Sherlock dan Dr. Watson). Di bagian akhir-akhir kisah, Dr. Watson, ehm maksud saya Kazumi, juga 'diusir' oleh Mitarai dengan dalih ingin berpikir sendiri. Suatu ketika, Mitarai yang sedang buntu pikirannya, mendengarkan Kazumi mengoceh tentang suatu hal (tentang uang yang sobek, sebenarnya), yang kemudian disambung oleh Mitarai tentang pemalsuan uang *eh* dan kemudian BANG! Misteri terpecahkan! *double eh*

Di sini, penulisan novel ini jadi sedikit lebih menarik, karena pengarangnya Souji Shimada, melampirkan sebuah intermezzo (hal 257), yang berisi tantangan bagi pembaca untuk memecahkan misteri yang ada, karena semua fakta telah diberikan pada pembaca. Unik. Sang pengarang berinteraksi langsung pada pembacanya. Bukan lewat tokoh-tokohnya, bukan lewat narasi, namun lewat selembar surat tantangan, bertanda-tangan resmi.

OK. Game's On!

TTZM <-- full spoiler (esp. message #8), don't look unless you've read this book!

Itu sedikit percakapan saya tentang novel ini, sejak pertama melihat covernya. Sampulnya yang putih bersih rapi, hanya dengan tulisan judul dan beberapa gambar (simbol) wanita yang masing-masing kehilangan bagian tubuhnya. Memang sangat eye catching sekali (menurut saya), namun juga sangat mengingatkan pada sebuah kasus yang ditangani Detektif Kindaichi (manga) berjudul Desa Bintang David / The Mummy Curse. Dan setelah membaca setengah buku ini, ternyata memang mirip. Kasusnya memang sangat berbeda, namun trik utamanya sama persis.

Jadi, bahkan sebelum membaca tantangan sang pengarang-pun, saya sudah dapat meraba jalan cerita yang ada. Tentang Azoth-pun sudah saya tebak siapa dalang sebenarnya. Satu fakta yang tidak dapat digantikan, bagaimanapun juga, adalah masalah --k.e.p.a.l.a--. Itulah mengapa novel ini yang disebut oleh banyak orang memiliki misteri yang sangat mengejutkan, jadi kehilangan faktor X nya pada saya. Sayang sekali. Padahal saya menyukai cara penulisannya. Saya menyukai karakter-karakternya. Saya juga menyukai penyelesaian akhirnya. Sayang, sekali lagi sayang. Mungkin separuh kesalahan ada pada saya, yang terlalu banyak membaca novel/manga/nonton film crime-fiction....  ~_~

Ehtapi saya juga salah menilai salah satu karakter utamanya. Saya pikir dia juga terlibat dalam tindak kejahatan ini, karena bagaimanapun, ia telah menyediakan alibi untuk si pembunuh. Tapi dari cerita di akhir kisah, ternyata si pembunuh bertindak sendiri. Karakter yang itu hanya menceritakan apa yg ia yakini benar. Tapi apa mungkin ya..... (1) Seorang Ibu tidak mengenali tanda lahir putrinya sendiri? (2) Ia tidak curiga kalau putrinya itu tidak pulang malam itu, saat Heikichi terbunuh? (3) Ia tidak mengenali putrinya sendiri, walaupun sekian tahun telah lewat?
Menurut pemikiran saya waktu itu, mereka berdua bekerja sama membunuh Heikichi beserta semua gadis-gadis yang lain, menjebak Masako hingga dipenjara, kemudian menikmati semua hasil warisan bersama-sama. Si pembunuh perlu keluar negeri beberapa waktu, hingga kasus tersebut mereda, kemudian ia balik lagi ke samping ibunya, mengaku sebagai seorang saudara jauh yang baru datang dari luar negeri. 
Tapi ternyata saya salah saudara-saudara.... *ngaku* :)


No comments: