Sunday, July 29, 2012

The Purloined Letter

Judul Cerpen: The Purloined Letter
Pengarang: Edgar Allan Poe

Mendengar nama Edgar Allan Poe, pertama kali yang terlintas dalam pikiran saya tentu saja kisah-kisah seram dan menakutkan semisal Tell-Tale Heart atau The Fall of the House of Usher. Poe memang empunya kisah-kisah penuh teror seperti itu. Namun selain terkenal untuk genre cerita tersebut, Poe juga dianggap sebagai Bapak dari kisah detektif modern. Sir Arthur Conan Doyle sendiri pernah berkata,
"Each [of Poe's detective stories] is a root from which a whole literature has developed.... Where was the detective story until Poe breathed the breath of life into it?"
Karakter ciptaan Poe yang paling terkenal untuk genre ini adalah C. Auguste Dupin. Dupin sendiri bukanlah seorang detektif. Ia adalah seorang gentleman yang hidup di Paris, menyewa kamar berdua dengan seorang teman, narator tak bernama dari kisah-kisahnya. Keterlibatannya dengan dunia kriminal, murni hanya karena kegemarannya berpikir logis dan memecahkan teka-teki, berimajinasi dan thinking out of the box. Karakterisasi tokoh Dupin ini di kemudian hari menjadi inspirasi dan tumpuan banyak sekali tokoh detektif yang lain, termasuk 2 yang paling kita kenal, Mr. Sherlock Holmes dan Monsieur Hercule Poirot.

C. Auguste Dupin sendiri muncul dalam tiga cerpen detektif Poe,The Murders in the Rue Morgue (1841), The Mystery of Marie Rogêt (1842) dan The Purloined Letter (1844). Berbeda dengan Rue Morgue dan Marie Rogêt yang sangat klasik kisah detektif menyelidiki tindak kejahatan, saya lebih menyukai keunikan Purloined Letter. Di sini, tindak kejahatannya terbuka, korbannya ada, pelakunya tidak tersembunyi dan motifnya jelas. Namun keahlian M. Dupin dalam memandang si pelaku secara psikologislah yang membuatnya istimewa.

Sinopsis kisah:
Dupin kedatangan tamu, Monsieur G--, Prefect dari Kepolisian Paris. Sang tamu ini meminta nasihat Dupin untuk sebuah masalah 'sederhana'. Seorang wanita terhormat kehilangan sepucuk suratnya. Yang mengambil sudah jelas adalah Menteri D--. Dengan kepemilikan surat ini D-- akan memeras si wanita bila saatnya tiba. Monsieur G-- yang dimintai tolong 'mengambilkan kembali' surat tersebut, sudah berkali-kali menggeledah rumah D-- seteliti mungkin dan bahkan juga dua kali mencoba merampok D--, namun tanpa hasil. Mendengar masalah ini, saran dari Dupin hanyalah mencari kembali di rumah D--.

Sebulan kemudian Monsieur G-- kembali bertamu ke rumah Dupin. Pencariannya masih nihil. Ia sekarang menyatakan akan membayar 50 ribu francs kepada siapapun yang membawakannya surat tersebut. Mendengar ini, Dupin mempersilakan Monsieur G-- untuk menulis cek tersebut, dan kemudian memberikan surat yang dimaksud.

Bagaimana Dupin bisa mendapatkannya?

Pertanyaan 'bagaimana Dupin bisa mendapatkannya?' inilah yang menjadi inti cerita ini. Pembaca kemudian diajak menganalisis kepribadian D-- tahap demi tahap, hingga kita tahu persis bagaimana cara berpikir si D-- ini. Dengan demikian, Dupin bisa mendapatkan surat itu, karena ia menempatkan dirinya dalam pola pikir si antagonis D--. Metode ini tentu saja sangat umum digunakan dalam genre fiksi misteri/detektif saat ini, dengan mengerti kondisi psikologis atau cara pandang dan pola pikir si penjahat, si detektif dapat memecahkan kasus yang dihadapinya (cara pikir yang sangat identik dengan metode Hercule Poirot, detektif ciptaan Agatha Christie seabad kemudian, dalam menyelesaikan kasus-kasusnya).

Selain metode deduksi psikologis ini, cerpen ini juga mengetengahkan cara 'menyembunyikan daun di tengah hutan' dan jargon masalah paling sederhanalah yang sebenarnya paling rumit. Poe juga sempat memberikan sekilas pengetahuan tentang cara pandang abad itu — sistem politik di Perancis, juga pandangannya terhadap seni sastra dan puisi, matematika dan sains secara umum, memperbandingkan logika sains yang eksak dengan cara berpikir manusia kreatif yang lebih imajinatif.

Dengan semua keunikan yang dimilikinya, tak heran jika cerita pendek yang satu ini kerap dianggap sebagai salah satu kisah misteri terbaik yang ditulis Poe.

***

Edgar Allan Poe (born Edgar Poe; 19 Januari 1809 – 7 Oktober 1849) adalah pengarang, penulis puisi, editor dan kritisi sastra. Ia juga seorang kriptograf (ahli dalam penyandian dan kode). Dia adalah penulis Amerika pertama yang terkenal dan mencari nafkah semata-mata hanya dengan menulis. Dilahirkan Boston, Massachusetts, dan menjadi yatim piatu di usia muda. Sempat menjadi tentara selama beberapa tahun sebelum akhirnya mengundurkan diri.
Karya pertamanya adalah cerpen berjudul MS. Found in the Bottle. Sedangkan puisi naratif Raven mengangkat namanya dalam kemashuran. Kebanyakan kisah-kisahnya bertema suram dan menakutkan, pembunuhan, kekerasan dan sakit secara psikologis. Namun ia juga mengarang banya kisah misteri dan detektif, satire dan juga hoax.
Poe meninggal secara misterius pada 7 Oktober 1949. Penyebab kematiannya hingga kini mengundang tanda tanya. Beberapa rumah yang pernah ditinggalinya kini berubah menjadi museum, di antaranya Edgar Allan Poe Museum di Richmond dan Baltimore, Edgar Allan Poe National Historic Site di Philadelphia dan Edgar Allan Poe Cottage di Bronx, New York.
***

Review ini ikut disertakan pada event Baca Bareng Cerpen Klasik yang diselenggarakan Blog Baca Klasik dan Penerbit Serambi.

No comments: