Saturday, February 02, 2013

Sepeda Merah


Title: Sepeda Merah Vol.1 Yahwari
Original Title: Bbalgan Jajeongeo #1
Author: Kim Dong Hwa
Publisher: PT Gramedia Pustaka Utama (2012)
ISBN: 9789792287769
Pages: 144 pages
Original Published Date: 2003


Original Title: Bbalgan Jajeongeo #2
Author: Kim Dong Hwa 
Publisher: PT Gramedia Pustaka Utama (2012)
ISBN: 9789792287776
Pages: 144 pages
Original Published Date: 2003



Boleh pinjam jempolnya? Aku pengin ngasih 5 jempol untuk ilustrasi-ilustrasi buku ini yang luar biasa indah. Menyejukkan. Ditambah lagi karena dicetak full-color *pantesan mahal* semua warna-warnanya, yang pastel lembut maupun yang ngepop cerah, menjadikan sebuah pesta meriah bagi mata. Sedangkan kisah-kisahnya yang sederhana, mengalir perlahan, meneduhkan hati dan pikiran.

Benang merah sketsa ini adalah seorang tukang pos yang berkeliling wilayah Yahwari, sebuah daerah pedalaman di Korea, menggunakan sepeda merahnya. Pak Pos tanpa nama ini adalah seorang yang ramah, baik hati dan tidak segan-segan bertukar sepatah-dua patah kata dengan para warganya. Ia juga tidak pernah menolak jika dimintai pertolongan mengirimkan berbagai macam hal dalam perjalanannya. Satu lagi, menurut aku, dia adalah Pak Pos paling romantis di seluruh dunia, seorang yang melihat keindahan di setiap kelopak bunga, tiupan angin dan semerbak musim. Tipe orang yang sangat cocok di wilayah pedesaan yang tenang.

Berbagai kisah unik bermunculan di sini. Mulai dari alamat-alamat yang super ajaib *rumah di antara dua pinus*, kisah sedih tentang seorang wanita yang sakit namun tetap bersyukur, tentang ayah yang mengkhawatirkan putrinya, tentang ibu yang selalu menunggu kedatangan putranya dan tentang usia dan keriput di wajah. Semuanya menarik, namun kisah favoritku adalah tentang seorang bocah yang memandangi sejumlah kaos kaki yang sedang dijemur. Yang baru untuk si sulung, yang paling bagus untuk si bungsu. Lalu panelnya menuliskan pesan bahwa kita menjadi bodoh saat menjadi Ayah, karena sang ayah selalu memilih yang rada usang dan bolong meskipun dia yang pertama memilih. Duh...dalem! Menyentuh.




Sedangkan di seri kedua, seperti juga seri pertamanya, masih menyajikan gambar-gambar indah dan kisah-kisah sederhana. Hanya saja si pak pos tidak selalu muncul, ataupun tampak hanya di latar belakang. Beberapa tokoh lama juga muncul kembali sehingga semakin meneguhkan kesan kehidupan sebuah desa yang sudah kita kenal di buku pertamanya.

Kisah yang paling lucu adalah ketika si pak pos ini mendapat pelatihan, sehingga surat-surat yang belum terkirim memumpuk di kantor pos. Akhirnya pak kepala kantor sendiri yang bermaksud mengantar ke penerimanya masing-masing. Bayangkan saja kebingungan si bapak membaca alamat-alamat ajaib khas desa Yahwari: rumah yang cerah, rumah dengan anggrek yang indah, nenek berbicara kotor dan rumah si kembar. Wakakaka....

***

Tapi ini membuatku jadi teringat tentang pak pos-ku sendiri. Beberapa waktu lalu sebuah surat undangan yang dikirim dari seorang teman lama dari luar kota untuk Bapak-Ibu saya, yang entah bagaimana terkirim lewat pos. Layaknya undangan, alamat penerimanya hanya ditulis sekedarnya saja, hanya nama plus wilayah dan kotanya saja. Anehnya, undangan itu benar-benar sampai dengan selamat sentausa di rumah. Waktu aku, dengan isengnya, menanyakan hal ini ke si pak pos, dengan entengnya beliau berkata kalo dia sudah bertugas di sini lebih dari 20 tahun *eh, benarkah?* dan hafal nama dan alamat sebagian besar warga 'lama' di wilayahnya. Lalu... beliau menyebutkan nama lengkapku. Weleh weleh pak pos...pak pos! Sampai kapan pun tampaknya personalisasi pekerjaan yang satu ini memang tak tergantikan ya.




No comments: