Tuesday, August 13, 2013

Fahrenheit 451


Title: Fahrenheit 451
Original Title: Fahrenheit 451
Author: Ray Bradbury
Publisher: Elex Media Komputindo (2013)
ISBN: 9786020213200
Pages: 248 pages
Original Published Date: 1953
Award: Hugo Award for Best Novel (1954), Prometheus Hall of Fame Award (1984), National Book Award for Medal for Distinguished Contribution to American Letters (2000)

Saat membaca kisah ini, entah mengapa pikiran saya teringat pada sebuah kutipan dari novel Inkheart, bahwa sebuah buku memang selayaknya berat, karena ia memuat sebuah dunia di dalamnya. Dalam kisah ini, mungkin bukan sebuah dunia yang tertulis di dalamnya, namun sebuah peringatan, pernyataan sikap dan ajakan intelektual untuk berpikir tentang dunia kita sendiri.

Dalam dunia distopia Bradbury ini, kita dikenalkan pada seorang Guy Montag, si pemadam kebakaran fireman. Agak rancu juga jadinya mentranslasikan kata ini ya??!?, karena tugas seorang fireman di jaman tersebut bukanlah memadamkan api, melainkan menyulut api yang membakar buku-buku. Tidak masalah jika rumah, ataupun si pemilik rumah/buku-buku, ikut terbakar. Buku adalah benda terlarang. Pemilik buku adalah pelanggar hukum berat.

Sejarah pembakaran buku diawali dengan penyensoran satu dua paragraf dalam buku ini oleh kelompok tertentu dan paragraf lain dari buku itu oleh kelompok yang lain. Kemudian meningkat pada pelarangan satu dua buku karena 'mendorong' orang-orang untuk berpikir, namun juga memiliki fanatisme berlebih dan bertindak anarkis. Lalu demi sebuah ide kedamaian, maka kemudian seluruh warga diseragamkan dengan cara dijejali dengan arus informasi yang sama, praktis, dangkal dan tanpa henti. Otak dikondisikan untuk merasa cerdas dengan adanya banjir informasi namun pada saat yang sama tidak sempat berproses sama sekali (jika dikisahkan Montag terbayang-bayang iklan sebuah pasta gigi, saat ini saya selalu teringat jargon iklan Pucuk... Pucuk... :p). Sementara itu buku-buku dilarang dan dibakar (hal 69-76). Buku membuat orang berpikir, bermimpi dan berimajinasi, memiliki ambisi dan opini. Buku seperti sebuah pistol, sedangkan ide dan kata-katanya adalah peluru dan mesiu.

Karenanya, sama seperti kehidupan modern yang kita jalani sekarang, yang memungkinkan untuk mendapatkan segala jenis informasi - instan - semudah menghidupkan telepon genggam, seberapa banyakah waktu kita untuk melakukan tiga hal ini (hal 101-104);
- mempertanyakan kualitas informasi tersebut dan memperhatikan tekstur yang dibawanya, menyerap detail kehidupan yang dibawa dalam setiap celah pori-porinya, kesan yang tidak tertulis, romantisme dan keindahan, sekaligus sarkasme dan kegetiran yang hanya dapat terasakan.
- mendapatkan waktu luang yang cukup untuk mencernanya -- memikirkan, bukan saja betul atau tidaknya informasi tersebut, tapi juga benar/salahnya dipandang dari dasar moralitas yang kita miliki.
- hak untuk melakukan tindakan berdasarkan interaksi tersebut.

Melaui tokoh Clarisse, Montag si fireman mulai mempertanyakan dasar-dasar folosofi kehidupan (Apakah kau bahagia?). Melalui tokoh Beatty dan Faber yang bertolak-belakang, ia mempelajari sejarahnya. Dan melalui tokoh Granger, Montag mulai berpikir. Cogito ergo sum.


Sebuah distopia yang benar-benar mengusik, karena dalam kisah ini, bukan kondisi fisik yang terbelenggu, namun kemampuan orang untuk berpikir yang dinihilkan.


================


Edisi bahasa Indonesia yang saya baca ini terjemahannya bagus dan enak dibaca, termasuk idiom, istilah dan sebagainya (yaah..., kecuali bagian "pemadam kebakaran" di atas tadi ya). Ada beberapa bagian *seingat saya* yang diterjemahkan bebas dengan sedikit eufinisme, tapi tetap terasa sangat pas (misalnya kutipan di bawah ini). Salut.

The good writers touch life often. The mediocre ones run a quick hand over her. The bad ones rape her and leave her for the flies.
Para penulis yang baik seringkali menyentuh kehidupan. Mereka yang biasa-biasa saja hanya menyentuhnya sesekali. Sedangkan yang buruk justru mengacak-acak dan meninggalkannya untuk lalat. (hal 102)

Selain itu di akhir buku ada beberapa halaman percakapan dengan Ray Bradbury. Bagian ini sama menariknya dengan isi buku itu sendiri. Seperti mengintip dapur ide sang pengarang, dan mendapatkan beberapa penjelasan lebih lanjut mengenai ide dan karakter tiap-tiap pelaku novel ini.


=========================

Buku kedua Mr. Bradbury yang saya baca setelah sebelumnya menikmati jalinan cerpennya di Ilustrated Man.

No comments: