Wednesday, January 16, 2013

Dragon Keeper Trilogy

Title: Dragon Keeper
Author: Carole Wilkinson
Publisher: Penerbit Matahati (2008)
ISBN: 9789791141192
Pages: 412
Original Published Date: 2004
Title: Garden of the Purple Dragon
Author: Carole Wilkinson
Publisher: Penerbit Matahati (2008)
ISBN: 979114124x
Pages: 422
Original Published Date: 2007
Title: Dragon Moon
Author: Carole Wilkinson
Publisher: Penerbit Matahati (2009)
ISBN: 9789791141321
Pages: 410
Original Published Date: 2007

Entah kenapa, membaca buku pertama rasanya mengingatkan pada sepenggal kisah Eragon, waktu Eragon pertama kali melarikan diri dari desanya bersama Brom. Ya mungkin karena latar ceritanya mirip seperti itu: anak muda, tidak berpengalaman, ragu-ragu, gak tahu apa-apa, berjalan bersama seekor? seseorang yang sangat tahu dunia, pernah jadi yang sangat hebat tapi sekarang sudah tua, lemah dan sedikit terluka. Tapi Ping bukanlah Eragon, dan Danzi bukanlah Brom+Saphira. Dragon Keeper jauh lebih ringan dan konfliknya bisa dibilang satu dimensi saja. Settingnya yang di jaman Cina kuno tidak banyak memberikan nilai tambah. Meski demikian alur ceritanya lancar mengalir dan sangat enak dibaca. Ada juga detail cerita yang tidak biasa, ternyata si naga bisa nyamar jadi kakek-kakek ;). Lumayan juga, kalau digolongkan sebagai cerita fantasy anak-anak. Semoga sekuel-sekuelnya masih cukup menarik untuk dinikmati.

Sebenarnya mau ngasih bintang 2 saja, tapi saya suka sekali dengan ukiran/gambar timbul naga warna keemasan di sampul buku ini. Jadi tambah satu bintang hanya untuk cover-nya. *_*


***


Berbeda dengan Dragon Keeper yang sangat simpel, sequelnya, Garden of the Purple Dragon jauh lebih kompleks dan menarik. Karakter-karakternya sudah tidak lagi hitam-putih, dan Ping banyak belajar tentang kebohongan dan pengkhianatan, tentang keinginan-keinginan yang saling bertolak belakang dan juga tentang rasa cemburu. Emosi-emosi yang tidak pernah dikenalnya dalam hidupnya yang lurus dan sederhana.

Menyambung alur kisah beberapa saat setelah Danzi dan Hua pergi ke Pulau Penuh Berkah, Ping memutuskan untuk membesarkan Kai -sekarang sudah jadi anak naga yang usil dan penuh rasa ingin tahu- di lereng-lereng Gunung Taisan yang terlarang. Setelah beberapa bulan yang damai, Ping mendapati datangnya teman-teman dan musuh lama. Diawali dengan kembalinya super-Hua (yang diantar seekor Burung Phoenix), kemudian munculnya kembali si Necromancer, sampai pertemuan kembali dengan Sang Kaisar. Keadaan tampaknya masih baik-baik saja, bahkan Kaisar sudah memaafkan Ping dan memberikan jabatannya sebagai pengasuh Naga kembali, juga memberikan taman Pondok Ming Yang dengan nama Taman Naga Ungu. Tapi kemudian Ping nyaris terlambat menyadari bahwa Kaisar kini sudah terobsesi pada kehidupan abadi dan itu mendatangkan bahaya pada Kai. Kejutan-kejutan di akhir kisahnya cukup tak terduga. Tipu daya Kaisar. Pertemuannya kembali dengan keluarganya. Keputusan Putri Ming Yang. Kematian Dong Fang Suo. Keputusan Jun. Nasib Hua dan tikus-tikus Istana *serasa dongeng cinderella* #eaaa.
Yang pasti, setelah mengecap pahitnya pengkhianatan, Ping kemudian belajar pula tentang memaafkan dan rasa persahabatan. Ending yang sangat pas dan memuaskan. Bukan hanya Kai yang tumbuh besar, Ping juga sekarang sudah lebih dewasa.

[Yang sedikit mengganggu adalah plot mengapa Kaisar harus perlu bersusah-susah membuat sandiwara penangkapan si Necromancer. (1) Dia adalah Kaisar yang memegang kekuasaan mutlak, kenapa peduli tentang keinginan Ping (2) Apa tujuannya? Agar Ping mau mencari pengurus naga lainnya? (Bukannya Ping sudah berkali-kali meminta hal itu sendiri) Biar Ping keluar dari lingkungan Pondok Ming Yang? (Sekali lagi, Ping sudah berkali-kali minta untuk keluar mencari pengurus naga lainnya) Untuk memisahkan Ping dan Kai? (Lah, dianya kan Kaisar, tinggal perintah saja to?) Lalu kenapa ya? Aneeh...


***


"Sekarang kau menyesal, setelah terbaring di sini, dalam kegelapan, jauh dari para pelayanmu, dekat dengan maut yang masih siap menjemputmu. Kau tidak akan semenyesal ini setelah nanti kembali ke istanamu!"

Gooooo.... Ping!!!
Puas sekali mendengar (eh membaca maksudnya) Ping mengomeli Kaisar seperti itu. Dan aku merasa kata-kata itu pas sekali. Memang penyesalan selalu datang terlambat. *eh jadi alay jablay gini ripiunya* ;p Kebawa mood-nya Sang Kaisar siihh...
"Aku juga bukannya menawarkan pekerjaan padamu. Aku.... menawarkan hatiku." *Gubraaaaks...* *HAALAAH!!*


Hehehe.... Ya, tapi ini masih cerita Ping dan Kai, si naga kecil. Meski sedikit beralay-alay di awalnya, Ping tetap pada keputusannya untuk membawa Kai ke surga naga. Berbekal peta berteka-teki dari Danzi, Ping menelusuri wilayah kekaisaran dari Beibai terus ke barat, melewati Tembok Besar, menyeberang ke wilayah-wilayah padang rumput, kembali ke wilayah kekaisaran, dan terus mengurai petunjuk arah Dataran Tinggi Naga. Dalam perjalannya Ping kembali dipertemukan dengan Jun, yang sekarang sudah tumbuh tinggi besar dan menjadi saudagar sutra kaya, namun tetap masih merasa bersalah dan berhutang budi padanya. Dengan pertolongan Jun, Ping dan Kai berhasil menemui 8 naga yang masih tersisa. Namun Kai ternyata tidak dengan mudah dapat diterima oleh para naga tersebut, mengingat ia lahir di kandang Kaisar dan memiliki pengasuh seorang perempuan.

Mirip dengan buku pertamanya, buku ini lebih mengkisahkan tentang perjalanan Ping dan seekor naga asuhannya. Jika di Dragon Keeper ada Danzi, maka di buku ini ada Kai, anak Danzi. Bedanya di buku pertama, Ping dan Danzi menemui beberapa musuh yang mengejar-ngejar mereka, sedangkan di buku ketiga ini Ping dan Kai malah bertemu beberapa teman lama dan beberapa teman baru yang membantu perjalanan mereka. Cerita juga lebih difokuskan pada bagaimana Kai mendapatkan tempat di antara para naga, bagaimana Ping juga membantu Hei Lei si naga Halilintar Hitam meninggalkan kepedihannya terhadap manusia dan bagimana Ping merelakan perpisahan yang harus terjadi. Mengharukan memang, tapi tetap harus terjadi dan meninggalkan kenangan indah. *alay lagi*

Aku suka bagian Ping di Istana Beibai di bawah perlindungan Bangsawan Yan yang berakal sehat. Aku suka bagian Ping menemukan Kaisar yang terluka. Aku suka bagian Ping diselamatkan Hou Yi dan bangsa Ma Ren. Aku suka saat Jun membantu Ping dan Kai. Dan aku suka saat Ping membela Hei Lei dengan mengatakan bahwa lebih baik ia yang mati daripada melihat seekor naga lagi menemui ajalnya. Tapi yang paling aku suka adalah bagian di mana kisah ditutup dengan percakapan tentang masa depan antara Ping dan Jun. Tentang rumah yang nyaman dan daun-daun mulberry yang tumbuh subur dalam hujan yang turun. Dibandingkan "lamaran" sang Kaisar yang rada alay, tawaran Jun sederhana dan sungguh-sungguh terdengar tulus.
"Kai sudah berada di tempat yang seharusnya-di dunia para naga. Sekarang sudah waktunya bagimu untuk mengambil tempatmu si dunia manusia."
"Aku tidak pernah punya tempat di dunia manusia. aku sudah mengurus naga-naga sejak umurku empat tahun."
....
"Kau suka mulberry?"


Dan Ping-pun menemukan tempatnya di dunia walau masih bermimpi tentang seekor naga yang berpendar lima warna. TAMAT. #sigh

nb: sayang ya, cover buku ketiga dari terbitan Matahati ini tidak seperti dua buku sebelumnya, yang didominasi ukiran gambar timbul naga berwarna emas dan perak. Meski font judulnya masih sama dan image naganya juga serupa dengan buku-buku sebelumnya, tapi tetap tidak serasi jika dijajarkan seperti di atas itu :p

No comments: